Mengenal Borobudur Peninggalan Leluhur, Sekarang Warisan Dunia

Dengan kemegahan arsitektur, penguasaan teknis, dan juga dari besar bangunannya, Borobudur selalu membangkitkan kekaguman dan keagungan.
Sebagai Situs Warisan Dunia, Borobudur dikenal dan dikagumi baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.

Lanskap yang menakjubkan

Borobudur dibangun ditengah-tengah pulau Jawa, di Dataran Kedu, yang juga dikenal sebagai 'Kebun Pulau Jawa' karena kesuburannya. Bentuk datarannya seperti mangkuk yang dikelilingi oleh pegunungan di hampir semua sisi, diapit oleh dua pasang gunung kembar dengan ketinggian rata-rata 3.000 meter. Dua gunung di sebelah barat laut adalah gunung berapi Sindoro dan Sumbing yang sudah tidak aktif, dan di sebelah timur laut adalah gunung Merbabu yang tidak aktif dan gunung Merapi yang sangat aktif.

Dataran yang bergelombang ini dilintasi oleh dua sungai utama di daerah itu, sungai Progo dan Elo, yang mengalir hampir sejajar satu sama lain dari utara ke selatan sampai mereka bertemu pada suatu titik tidak jauh dari Borobudur.

Lanskap yang mengelilingi daerah yang sangat mudah dicapai ini benar-benar datar, tetapi beberapa kilometer ke arah barat tampak jajaran bukit Menoreh dengan deretan tiga bukit yang mengecil membentang dari barat laut ke tenggara. Bukit tengah setinggi sekitar 15 meter itulah yang dipilih sebagai lahan untuk membangun Borobudur.

Monumen yang mengagumkan

Sebagai monumen tunggal, Borobudur merupakan monumen Buddhis yang terbesar didunia, tetapi di hamparan lanskapnya, Borobudur bukanlah satu-satunya monumen yang ada.

Diyakini bahwa pada suatu masa yang lalu, ada lebih dari 2.000 candi atau bangunan keagamaan yang turut hadir di dataran tersebut dan sekelilingnya.

Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa paling tidak, ada 288 tilasan candi Hindu beserta candi Buddha, dan ini hanya di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta saja.

Upaya penelitian dan pelestarian sudah dilakukan semenjak abad ke-19, dimana mungkin lebih dari seribu makalah, jurnal, tesis maupun disertasi sudah ditulis mengenai Borobudur.

Dari luar, penampakan monumen yang luar biasa besarnya ini terdiri dari lima teras persegi bertingkat dan di atasnya, terdapat tiga teras bundar bertingkat dengan 72 stupa, serta satu stupa induk yang besar di puncaknya.

Salah satu fitur utama dari monumen Borobudur adalah pagar langkan yang berdiri di tepi di sepanjang batas luar dari masing-masing teras persegi, dimana bersama dengan dinding teras lantai di atasnya di lain sisi—membentuk lorong terbuka yang relatif sempit.

Dinding dalam dan dinding langkan tersebut berukir 1.460 relief naratif dan 1.212 relief hias dengan total 2.672 panil, yang meliputi area permukaan seluas 2.500 meter persegi. Panil-panil naratif ini jika dibentangkan, panjangnya mencapai 3.000 meter.

Setiap sisi teras persegi masing-masing menghadap empat penjuru mata angin utama, dan di atas pagar langkan yang menghadap ke luar, terdapat relung-relung yang masing-masing berisi arca Buddha dengan mudra atau gestur tangan tertentu.

Pada pagar langkan di teras pertama terdapat 104 relung berisi 104 arca, 104 relung berisi arca di teras kedua, 88 relung berisi arca di teras ketiga, 72 relung berisi arca di teras keempat, dan 64 relung berisi arca di teras kelima, yang keseluruhannya berjumlah 432 relung berisi 432 arca besar Buddha yang duduk bersila.

Tiga teras bundar di bagian atas terbuka tanpa pagar langkan.

Di teras bundar pertama dan kedua, masing-masing tersusun secara melingkar 32 dan 24 stupa berongga dengan lubang berbentuk belah ketupat (Stupa Jala) dimana setiap stupa berisi satu arca Buddha. Di teras bundar ketiga, tersusun 16 stupa berongga berbentuk persegi empat (Stupa Stapada) yang juga masing-masing berisi satu arca Buddha. Secara keseluruhan, terdapat 72 stupa dengan 72 arca Buddha seukuran manusia dewasa.

Stupa induk di tengah (Stupa Dharmakaya) yang alasnya berdiameter 10 meter dibangun di puncak monumen yang megah ini.

Tapak denah dasar Borobudur mencakup area seluas 123 meter x 123 meter, dengan titik tertinggi monumen setinggi 35 meter di atas permukaan tanah.

Borobudur sebagai piwulang: sebagai instruksi pendidikan, ajaran atau pelajaran

Penampilan luar Borobudur bukanlah aspek satu-satunya maupun aspek yang paling menakjubkan.

Sekitar satu dasawarsa yang lalu, suatu kelompok peneliti lokal di Indonesia bernama Bumi Borobudur, telah melakukan kajian intensif mengenai Borobudur dengan berfokus pada fitur-fitur, nilai-nilai, dan ajaran-ajarannya.

Kini hampir semua 1.460 relief naratif telah berhasil diidentifikasi dan dapat disandingkan dengan teks-teks maupun sutra-sutra terkait.

Sebagai hasil dari proses identifikasi ini, mungkin untuk pertama kalinya dalam sejarah masa kini, kita dapat mengenali dan memahami Borobudur sekarang dengan lebih lengkap dari segi nilai maupun ajarannya.

Naskah fisik yang semula digunakan sebagai rancangan cetak biru untuk membangun monumen Borobudur mungkin telah musnah atau hilang karena secara historis, kebanyakan naskah ditulis di atas daun lontar.

Akan tetapi, identifikasi ini memberi suatu konfirmasi bahwa yang nyata, semua relief Borobudur inilah Naskah Borobudur yang asli dan sesungguhnya, naskah yang ‘tertulis’ dan terukir di atas batu.

Banyak teks dan sutra terkait yang hingga sekarang masih ada, tertulis dalam berbagai bahasa di berbagai belahan dunia, yang merupakan naskah ‘paralel’ atau naskah turunan yang dapat diidentifikasi dengan relief-relief Borobudur.

Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa semua relief naratif di Borobudur sesungguhnya merupakan untaian dari berbagai sutra dan teks Buddhis yang dipresentasikan dengan menggunakan ukiran batu sebagai medianya.

Relief-relief ini beserta arca-arca dan stupa-stupa di Borobudur sesungguhnya secara sengaja diseleksi, dirancang, dan diukir; direncanakan dan dibuat mengikuti urutan tertentu, secara bertahap dengan tujuan tertentu.

KARMAVIBHANGA - dīrghāyuh, Berumur Panjang

Pada lantai dasar atau kaki candi, terdapat 160 relief ‘,Karmawibhangga’ yang sekarang hampir seluruhnya tertutup oleh platform dinding batu penopang yang mengelilinginya. Relief-relief ini berisi ajaran mengenai ‘Ngunduh wohing pakarti’—kita akan selalu memetik buah hasil perbuatan kita sendiri.

KARMAVIBHANGA - prāsādika, Tampak Menawan

Terbagi dalam 54 bagian, Karmawibhangga memaparkan hubungan sebab akibat antara perbuatan dan konsekuensinya. Ini merupakan landasan untuk hidup terampil dan cerdas, cara hidup disiplin yang berintegritas dan beretika tanpa mencederai maupun merugikan orang lain.

JATAKA - śaśajātakam, Alegori Kelinci

Di atasnya, terdapat Jataka dan Avadana sejumlah 620 relief di lantai pertama dan 100 relief di lantai kedua, mengisahkan ajaran ‘Migunani tumpraping liyan’—cara hidup yang bermanfaat untuk orang lain.

AVADANA - sudhanakumaravadana, Alegori Sudhana dan Manohara

Dengan sikap peduli dan altruistik, hidup berlandaskan motivasi dan tekad untuk selalu menjadi lebih baik, menumbuhkembangkan cara hidup yang bermakna sehingga dapat lebih bermanfaat bagi orang lain.

LALITAVISTARA - pracalaparivartah, Awal Perjalanan

Sutra Lalitawistara terukir di lantai pertama sebanyak 120 relief. Pemaparan Sutra tunggal ini adalah mengenai ‘Kiprah Pamungkas’—puncak dari aktivitas-aktivitas yang penuh dan lengkap. Menampilkan manifestasi dari hasil dan terpenuhinya beragam aktivitas bermanfaat, yang memuncak pada diputarnya Roda Ajaran.

GANDAVYUHA - Kalyanamitra-Meghaśrī

Sutra terbesar yang dipilih dalam ajaran Borobudur adalah Sutra Gandawyuha, yang terukir pada 460 relief, menunjukkan praktik-praktik untuk mencapai kesempurnaan pengetahuan dan upaya yang memungkinkan dicapainya potensi tertinggi keberadaan manusia. Di lantai dua, terukir 128 relief mengenai bab pembukaan dan bab dari Sutra Gandawyuha mengenai ‘Kalyanamitra’—Mitra Andalan.

GANDAVYUHA - Kalyanamitra-Śivarāgra

Di lantai tiga terpahat 176 relief dan di langkan lantai empat terpahat 84 relief, menampilkan bagian utama dari Sutra Gandawyuha dengan tujuan: ‘Memayu hayuning bawana’—menumbuhkembangkan kondisi yang memungkinkan untuk dialaminya realitas tertinggi dari penggugahan yang damai.

GANDAVYUHA - IVB-66

Bab terakhir dari Sutra Gandawyuha terukir di dinding lantai empat pada 72 relief, yang dikenal dengan nama ‘Bhadracarya-pranidhana’—aspirasi untuk hidup yang selaras dengan ‘semuanya yang bajik.’

GANDAVYUHA - IVB-82

Borobudur dibangun untuk memberi manfaat kepada masyarakat luas dengan menunjukkan ajaran-ajaran yang dapat digunakan sebagai panduan dan arahan dalam hidup. Membudidayakan keluarga dan masyarakat yang susila, toleran, harmonis, dan saling menghargai. Cara hidup yang terampil: hidup penuh kepekaan terhadap orang lain dengan menumbuhkan kepedulian dan manfaat buat orang lain. Oleh karena itu, ajaran-ajaran Borobudur mewujudkan kesempatan untuk mencapai potensi tertinggi keberadaan manusia, menyempurnakan kemampuan untuk memahami apa yang sebenarnya ada, serta mengalami keberadaan yang damai dan sepenuhnya tergugah.

Borobudur adalah peta lengkap untuk mencapai potensi tertinggi keberadaan manusia.